Siapa nih yang udah nonton film ini? Film “13 Bom di Jakarta” ini dari
menit pertama sudah memicu adrenalin karena disajikan dengan latar Jakarta yang
berdenyut seperti jantung raksasa. Bukan sekadar hiburan, film ini menyuguhkan tamparan realita yang buat kita lebih berpikir kritis. Simak review-nya!
Alur Meledak, Plot Twist Tidak Ketebak
Film dibuka dengan ledakan di sebuah mall mewah.
Baru permulaan, adegan langsung menuju ke dunia Letjen Oscar (Chicco
Kurniawan), intel veteran berbeban masa lalu dan Letnan William (Ardhito
Pramono), agen muda berapi-api dengan tugas mereka menjinakkan 13 bom sebelum
Jakarta hangus terbakar.
Tapi jalannya bukan yang lurus-lurus lalu
ke happy ending. Plot twist menanti di setiap
tikungan ceritanya; tidak ketebak dan buat tegang. Sekutu bisa jadi ular, jalan
buntu nyasar ke jalan rahasia, dan setiap sudut memiliki potensi ledakan lagi
yang pastinya buat jantung kurang aman.
Bukan Cuma Aksi, Ada Karakter yang Manusiawi
Film 13 Bom di Jakarta menghadirkan karakter
yang manusiawi. Oscar digerogoti kegagalan masa lalu, William tersentak realita
dunia yang lebih brutal dari akademinya.
Bahkan penjahatnya, Alif (Ario Bayu) bukan
monster tak berhati. Latar belakang tragisnya benar-benar menusuk dan membuat
kita berpikir, apa sih “Arti monster yang sebenarnya?”
Jakarta: Dinamis dan Penuh Kontradiksi
Film ini tidak terlepas dari sisi gelap
Jakarta. Kesenjangan sosial, kekecewaan yang membara, dan tanah subur bagi
ideologi radikal disorot terang-terangan.
Walaupun film 13 Bom di Jakarta ini menyajikan
solusi yang instan, tapi berhasil menimbulkan pertanyaan besar di kepala, apa
yang menciptakan teror? Gimana kita mencegahnya? Film ini bukan cuma
buat kaget, tapi juga membuat penontonnya jadi berpikir keras.
Visual Menggelegar, Audio Buat Merinding
Ledakan realistis, aksi tidak ketebak, dan
pengambilan gambar yang dinamis buat mata enggan lepas dari layar. Skor
musiknya seperti detak jantung, seperti terus mengingatkan bahaya yang
mengintai.
Jakarta sendiri menjadi karakter penting,
gedung pencakar langitnya menusuk langit kayak taring, tapi jalanan yang penuh
aktivitas jadi simbol ketahanan.
Terinspirasi dari Kisah Nyata
Film 13 Bom di Jakarta terinspirasi dari
kejadian nyata, yakni serangan bom di Mall Alam Sutera pada tahun 2015. Serangan
tersebut dilakukan oleh Leopard Wisnu Kumara, seorang pria berusia 24 tahun
yang mengaku sebagai anggota ISIS.
Kumara meminta tebusan sebesar 100 bitcoin
kepada pihak mall, namun tuntutannya tidak dipenuhi. Akibatnya, ia meledakkan
bom di dalam mall dan menewaskan 13 orang dan melukai puluhan lainnya.
Film 13 Bom di Jakarta mengambil latar belakang
Jakarta dan menampilkan situasi yang mirip dengan kejadian nyata. Serangan bom
dilakukan oleh kelompok teroris yang ingin memicu kekacauan di kota.
Para tokoh dalam film juga memiliki karakter
dan latar belakang yang mirip dengan orang-orang yang terlibat dalam kejadian
nyata.
Namun, film ini juga memiliki beberapa
perbedaan dengan kejadian nyata, seperti jumlah korban tewas dalam film ini
lebih banyak daripada kejadian nyata.
Selain itu, karakter-karakter dalam film ini juga memiliki latar
belakang yang lebih kompleks dan berkembang.
Film yang Tidak Sempurna, Tapi Tidak Bisa Dilupakan
Yes, 13 Bom di Jakarta tidak luput dari kekurangan.
Ada adegan klise dan plot yang sedikit gantung, tapi kekurangan itu tertutupi
dengan aksi yang meledak-ledak, karakter yang kompleks, dan kritik sosial yang
pedas. Film ini membuat kita ngeri dan terenyuh sekaligus.
Walaupun saat menonton film ini sangat
mengaduk-aduk emosi, film action ini benar-benar memberikan
kesan yang tak terlupakan dan tidak membosankan. Selamat menonton!