Table of Content

Horor Lagi, Ini Sajian Film "Perempuan Bergaun Merah"

Beberapa waktu belakangan ini, Indonesia sedang diramaikan dengan deretan film horor yang tengah mengusung premis yang cenderung sepadan dan dengan spotlight kearifan mayoritas. 

Namun, masih sangat jarang sineas horor Indonesia yang berfokus pada kebudayaan Tiongkok dalam kontruksi plotnya.

Setelah film “Karma” yang populer satu dekade yang lalu. Hadirlah kembali film horor yang terfokus pada budaya Tiongkok, yakni Perempuan Bergaun Merah yang telah hadir di bioskop pada bulan November ini.

Perempuan Bergaun Merah ini merupakan film horor yang diproduksi oleh Rapi Films dan Frontier Pictures dengan garapan sutradara William Chandra dan diproduseri oleh Timo Tjahjanto. 

Dengan memboyong Tatjana Saphira dan Refal Hady yang didapuk sebagai pemeran utamanya, film ini berfokus pada Dinda dan Putra yang berusaha untuk mencari tahu tentang kebenaran dari hilangnya Kara. 

Akan tetapi, di waktu yang sama keduanya beserta teman-temannya harus berhadapan langsung dengan iblis yang sedang mengincar nyawa mereka satu per satu.

Secara premis, film “Perempuan Bergaun Merah” ini tetap terpaku dengan formula yang hampir serupa dengan berbagai film horor lokal lainnya terkait penelusuran misteri dari suatu kejadian yang ada di sekitar dan dibumbui dengan teror yang semakin menjadi-jadi. 

Walaupun tampak klise, William Chandra mengemas film ini dengan cerita yang diruntutkan secara rapi hingga membuat segala misterinya terasa menarik untuk diikuti dan diimbangi dengan twist yang terbilang masuk akal.

Hot take dari “Perempuan Bergaun Merah” ini ialah kebudayaan Tiongkok yang diusung ke dalam film tersebut. Seperti halnya dengan fenomena hantu dengan attire merah yang dilengkapi dengan dendam hingga berbagai kegiatan budaya Tiongkok di Indonesia membuat film ini terlihat unik.

Hal yang membuat film ini semakin unik adalah keberanian sang sutaradara yang mengusung budaya pada kaum minoritas Indonesia, mengingat dengan banyaknya film horor lokal yang sebatas untuk bermain dengan elemen budaya mayoritas.

Namun, hal menyebalkan dalam film “Perempuan Bergaun Merah” ini adalah marketing-nya yang seakan mengemborkan koneksinya dengan seri film “Sebelum Iblis Menjemput”, di mana hal tersebut merupakan masalah suatu karya populer arahan dari Timo Tjahjanto beberapa tahun yang lalu. 

Teknik pemasaran tersebut menganggap bahwa film ini tidak akan sukses apabila tidak berkaitan, yang nyatanya film arahan dari William Chandra itu minim koneksi, bahkan sangat memiliki potensi untuk terlewat dari sorotan penonton awam maupun cinephile.

Tidak hanya itu, influence dari Timo Tjahjanto saja masih sangat terasa pada film Perempuan Bergaun Merah ini yang terlihat melalui kebrutalannya pada film tersebut. 

Dengan kegilaan yang hampir serupa, elemen inilah yang menimbulkan rasa menegangkan pada beberapa scene, meskipun placement-nya tidak terlihat seperti dipaksakan.

Seperti halnya film horor lokal lain, film “Perempuan Bergaun Merah” ini hadir dengan ensemble cast yang cukup menarik. Walaupun deretan pemeran film ini tampak masih baru dalam genre horor, semuanya tampil dengan sangat apik dalam memerankan masing-masing karakternya.

Di balik itu, Tatjana Saphira dan Refal Hady telah berhasil memikat penonton dengan pembawaan karakternya walaupun masih terbilang perdana, sementara Faradina Mufti juga berhasil mencuri spotlight dalam film ini. 

Peran dari Faradina Mutfi sebagai Rosa ini terasa authentic dengan penampilan yang begitu terasa nyata, membuatnya cocok untuk mendapatkan julukan scream queen dengan kearifan lokal terlepas dari screen time-nya yang tidak terlalu banyak dalam film ini.

Demikian review dari film horor “Perempuan Bergaun Merah”. Bagi para pembaca yang penasaran dengan film ini, maka bisa langsung menontonnya di bioskop terdekat, ya!


Posting Komentar